Senin, 05 Juni 2017

PESAN RINDU UNTUK KAKA MARNI


Ruma poka 2017.

Tak terasa hampir seminggu kaka pergi mengahadap Tuhan, Rasull dan Malaikatnya.
Semoga kaka tetap disurganya allah SWT. Amin Ya Rhoballalmin.

Pesan Rindu ini kutitipakan saat sujud terakhirku. Rindu pun menyapa jiwaku.
Dalam kesunyian & kesendirian, Aku menulis pesan ini untuk kaka.
Sebab dalam tulisan ini, aku aku bisa menyapa kaka tentang rindu.

KAKA.
hari ini tanggal 05 juni 2017, tepat enam hari kaka pergi.
Kaka, aku masi saja mengingat itu, walau jasad kaka telah dimakan cacing tana, tapi jiwa dan raga kaka tetap dihatiku.

KAKA.
hati ini terasa sepi dan sunyi.
Sebab kasi sayang dari kaka tak lagi ada, ruang yang duluh tertatah rapi kini perlaham berantakan. Ibu sibuk dengan pekerjaan, ayah juga demikan, tapi itu tak mengurangi kasi dan sayang aku buat kaka.
Aku rindu sama kaka.
Rindu saat kaka memarahiku, menyuruku untuk mengaji lalau aku ngalawan, semua itu membuatku rindu sama kaka.

KAKA.
Dalam sujud terakhirku, aku tetap berdoa pada Tuhan, dan selalu menyebut nama kaka.
Sebab dalam sujud aku bisa berbisik rindu pada Tuhan,.
Semoga kaka baik-baik saja di surga
Surga yang dirindukan Ibu.

Perindumu
Aku : abubakar fauzi Difinubun

Jumat, 02 Juni 2017

sistem omoregulasi pada molusca

sistem omoregulasi pada molusca
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Osmoregulasi ” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Ibu Dr.,Dra. Mey Sulistyoningsih ,M.Si selaku Dosen mata kuliah Fisiologi Hewan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
       Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai osmoregulasi. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
       Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Ambon , 22 November  2016
Penyusun
ettec difinubun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN
A.Judul ...................................................................................................................... 1
B.Latar Belakang ....................................................................................................... 1
C.Tujuan .................................................................................................................... 1
BAB 2. PEMBAHASAN
A.Sistem Osmoregulasi Pada Hewan......................................................................... 3
B.Prinsip – Prinsip Dasar Osmoregulasi..................................................................... 3
C.Pengaruh Lingkungan Terhadap Osmoregulasi...................................................... 3
D.Osmoregulasi Invertebrata Laut............................................................................. 4
E.Osmoregulasi Vertebrata Laut................................................................................ 4
F.Osmoregulasi Pada Hewan di Lingkungan Air Tawar............................................ 5
G.Osmoregulasi Pada Hewan di Lingkungan Air Payau.............................................
H.Osmoregulasi Pada Hewan di Lingkungan Darat....................................................
I. Osmoregulasi Pada Hewan Invertebrata...................................................................
J. Osmoregulasi Pada Hewan Vertebrata.....................................................................
BAB 3. PENUTUP
A.Simpulan ..................................................................................................................
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 10
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang.
    Secara umum proses osmoregulasi adalah upaya atau kemampuan untuk mengontrol keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungannya melalui mekanisme pengaturan tekanan osmose. Proses osmoregulasi diperlukan karena adanya perbedaan konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu banyak air maka ia akan meletus, begitu pula sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel akan mengerut dan mati. Osmoregulasi juga berfungsi ganda sebagai sarana untuk membuang zat-zat yang tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup.
Hal ini penting dilakukan terutama oleh organisme perairan karena :
1.        Harus terjadi keseimbangan antara substansi tubuh dan lingkungan.
2.        Membran sel yang merupakan tempat lewatnya beberapa substansi yang bergerak cepat.
3.    Adanya perbedaan tekanan osmose antara cairan tubuh dan lingkungan.
Dalam proses inti osmoregulasi, terjadi suatu peristiwa osmosis, dimana perpindahan cairan yang encer ke cairan yang pekat shingga akan tercipta suatu kondisi konsentrasi yang sama dan  disebut dengan  isotonis. Isotonis adalah dua macam larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama (isoosmotik) Pada kondisi Osmoregulasi: isotonis adalah tekanan osmotik dua macam cairan misal: tekanan osmotik antara cairan tubuh dan air laut (lingkungan hidup hewan).
B.   Tujuan
1.    Mengetahui osmoregulasi pada hewan tingkat rendah dan tingkat tinggi
2    Mengetahui pengaruh lingkungan terhadap osmoregulasi
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sistem Osmoregulasi pada Hewan
Alasan utama hewan harus melakukan osmoregulasi adalah karena perubahan keseimbangan jumlah air dan zat terlarut di dalam tubuh memungkinkan terjadinya perubahan arah aliran air/zat terlarut menuju ke arah yang tidak diharapkan. Kriteria Hewan dalam Osmoregulasi:
a.   Hewan Osmoregulator, yaitu hewan yang mampu melakukan osmoregulasi dengan baik.
b. Hewan Osmokonformer, yaitu Hewan yang tidak mampu mempertahankan tekanan osmotik. Hewan osmokonformer harus beradaptasi agar tetap bisa hidup dengan syarat perubahan lingkungan tidak besar  dan dalam kisaran toleransi tetapi jika perubahan lingkungan terlalu besar maka untuk tetap hidup hewan osmokonformer harus bermigrasi karena jika tidak hewan tersebut akan mati.
Lingkungan dimana hewan hidup dapat mendukung dan dapat pula mengancam kehidupan hewan tersebut sehingga diperlukan mekanisme osmoregolasi. Mekanisme osmoregulasi setiap hewan berbeda-beda denga nvariasi yang sangat luas tergantung kemampuan dan jenis organ tubuh hewan serta kondisi lingkunganhewan.
B.     Prinsip-prinsip Dasar Osmoregulasi
Terhadap lingkungan hidupnya, ada hewan air yang membiarkan konsentrasi cairan tubuhnya berubah-ubah menngikuti perubahan mediumnya (osmokonformer). Kebanyakan invertebrata laut tekanan osmotic cairan tubuhnya sama dengan tekanan osmotic air laut. Cairan tubuh demikian dikatakan isotonic atau isosmotik dengan medium tempat hidupnya. Bila terjadi perubahan konsentrasi dalam mediumnya,maka cairan tubuhnya disesuaikan dengan perubahan tersebut (osmokonformitas).
Sebaliknya ada hewan yang mempertahankan agar tekanan osmotik cairan tubuhnya relative konstan lebih rendah dari mediumnya (hipoosmotik)atau lebih tinggi dari mediumnya (hiperosmotik). Untuk mempertahankan cairan tubuh relatif konstan, maka hewan melakukan regulasi osmotic(osmoregulasi), hewannya disebut regulator osmotic atau osmoregulator. Ada dua macam regulasi osmotic yaitu regulasi hipoosmotik dan regulasi hiperosmotik. Pada regulator hipoosmotik, misalnya ikan air laut, hewan ini selalu mempertahankan konsentrasi cairan tubuhnya lebih tinggi daripada mediumnya (air tawar).
C.     Pengaruh Lingkungan Terhadap Osmoregulasi
Lingkungan Hidup Hewan
Pada dasarnya lingkungan hidup hewan dapat dibagai menjadi lingkungan air dan lingkungan darat. Lingkungan air masih dibedakan menjadi lingkungan air laut dan air tawar. Sedikit sekali hewan darat yang benar-benar telah meninggalkan lingkungan air. Misalnya serangga dan beberapa hewan darat yang lain, meskipun dianggap paling berhasil beradaptasi dengan kehidupan didarat, namun hidupnya sedikit banyak masih berhubungan langsung dengan air tawar. Kebanyakan hewan selain serangga, hidup didalam air atau sangat tergantung pada air.
Komposisi cairan tubuh kebanyakan hewan, khususnya konsentrasi komponen utama, mereflesikan komposisi air lautan permulaan,tempat nenek moyang hewan pertama kali muncul. Air laut mengandung sekitar 3,5% garam. Ion utama adalah natrium,khlorida,magnesium,sulfat dan kalsium yang berada dalam jumlah yang besar.
Jumlah kosentrasi garam di lingkungan sangat bervariasi sesuai tempat geografisnya. Di lautan tengah dimana penguapan tinggi tidak diikuti dengan jumlah yang sama masuknya air tawar dari sungai, maka lautan tengah memiliki kandungan garam mendekati 4%. Dilain daerah khussunya di daerah pesisir,kandungan agak rendah dibandingkan dengan lautan terbuka,tetapi jumlah relative ion-ion terlarut agak konstan
D. Osmoregulasi Hewan Invertebrata Laut
Hewan osmokonformer invertebrata laut memiliki konsentrasi osmotik cairan tubuh sama dengan air laut sehingga terjadi keseimbangan osmotik cairan tubuh hewan dengan lingkungannya tetapi tidak dalam kondisi keseimbangan ionik sehingga terjadi perbedaan komposisi ion yang menghasilkan gradien konsentrasi. Oleh karena itu hewan osmokonformer dapat memperoleh  masukan berbagai macam zat yang dibutuhkan dengan cara: ion masuk kedalam tubuh dan mengakibatkan cairan tubuh menjadi hiperosmotik, keadaan ini menyebabkan air dan zat-zat yang dibutuhkan tubuh yang terlarut di air laut masuk ke dalam tubuh. Konsentrasi osmotik berbagai ion dalam tubuh hewan tidak berbeda kecuali beberapa spesies hewan laut, misalnya ubur-ubur, mempertahankan konsentrasi ion tetap berbeda dalam rangka pengaturan fisiologis. Konsentrasi ion yang tidak diatur dengan cara khusus terjadi melalui permukaan tubuh, insang, makanan yang ditelan, dan dengan menghasilkan zat sisa (misalnya urin)
.
E. Osmoregulasi  Hewan Vertebrata Laut
Kelompok hewan ini dibagi menjadi dua, yaitu:
·         Kelompok Konformer Osmotik dan Ionik terdiri atas Siklostomata (hagfish) dan Vertebrata primitif osmoregulasinya sama seperti  invertebrata laut.
·         Kelompok Regulator Osmotik dan Ionik, memiliki ciri regulasi osmotik dan ionik tidak sama dan memperlihatkan tingkatan; serta konsentrasi osmotik plasma mendekati sepertiga konsentrasi osmotik air laut. Kelompok hewan ini disebut hewan Regulator Hipoosmotik.
Teleostei laut memiliki cairan tubuh yang hipoosmotik dan mengakibatkan kehilangan air sehingga diperlukan mekanisme adaptasi untuk menghindari kehilangan air dari tubuhnya. Mekanisme untuk menghindari kehilangan air tubuh dapat dilakukan dengan cara ikan banyak minum air laut yang mengandung garam, garam masuk ke dalam tubuh hewan kemudian gara dikeluarkan kembali dari tubuh melalui insang karena di insang terdapat sel khlorid yang berfungsi mengeluarkan NaCl dari plasma ke air laut secara aktif.
Berbeda halnya dengan Elasmobrankhii, hewan ini memiliki masalahpemasukan Na+ yang terlalu banyak ke dalam tubuh (melalui insang) dan perolehan air yang terlalu sedikit. Untuk mengatasi masalah tersebutElasmobrankhii menggunakan kelenjar rektal untuk mengeluarkan kelebihan Na+secara aktif dan menghasilkan sedikit urin (urin dimanfaatkan untuk mengeluarkan kelebihan NaCl).
Begitu pula yang terjadi pada mamalia laut, seperti lumba-lumba dan ikan paus. Mamalia laut memiliki masalah pemasukan garam yang terlalu banyak yang masuk bersama makanan. Hal ini dapat diatasi dengan organ ginjal yang sangat efisien yang dapat menghasilkan urin yang kepekatannya 3 – 4 kali dari cairan plasmanya.
F. Osmoregulasi pada Hewan di Lingkungan Air Tawar
Masalah yang dihadapi hewan air tawar kebalikan dari masalah yang dihadapi hewan laut, yaitu Tekanan Osmotik cairan tubuh hewan air tawar lebih tinggi dari lingkungannya (hiperosmotik/hipertonis) sehingga dapat memungkinkan pemasukan air yang berlebihan dan kehilangan garam. Masuknya air ke dalam tubuh mengakibatkan ion dari tubuh keluar. Hal ini harus dibatasi, oleh karena itulah hewan memiliki permukaan tubuh yang impermeabel terhadap air sehingga ion dapat dipertahankan di dalam tubuh. Akan tetapi pada kenyataannya air tetap masuk ke dalam tubuh melalui insang yang terbuka. Untuk itu antisipasi kekurangan ion dapat dilakukan dengan cara transpor aktif sehingga ion masuk ke dalam tubuh dalam bentuk garam sedangkan antisipasi kelebihan ion dapat dilakukan dengan cara difusi ion keluar tubuh dalam bentuk garam.
G. Osmoregulasi pada Hewan di Lingkungan Payau
Hewan akutik tidak selamanya menetap di habitat yang tetap (air laut atau air tawar)saat tertentu masuk ke daerah payau, misalnya salmon, lamprey, dan belut. Perpindahan antara air tawar dan air bergaram merupakan bagian dari siklus hidup yang normal sehingga hewn-hewan tersebut harus memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap perubahan kadar garam (kadar garam di daerah payau selalu berubah). Ketika laju hewan meningkat maka akan masuk ion terlarut dalam jumlah berlebih dan harus dikeluarkan melalui tubulus malpighi dan rektum atau papila anal yang berfungsi mengeluarkan kelebihan garam pada medium pekat dan mengambil ion secara aktif pada medium encer.
H. Osmoregulasi pada Hewan di Lingkungan Darat
Keuntungan bagi hewan yang hidup di lingkungan darat adalah mudah memperoleh oksigen sedangkan kerugiaanya adalah sulitnya menjaga keseimbangan air dan ion sehingga mudah terancam dehidrasi. Kehilangan air dari tubuh pada hewan darat dapat terjadi melaui penguapan, dimana penguapan tersebut dipengaruhi oleh kandungan uap air di atmosfer, tekanan barometrik, gerakan udara, luas permukaan penguapan, dan suhu. Vertebrata yang berhasil berkembang di lingkungan darat memperoleh air dari air minum dan makanan. Untuk menghemat air vertebrata melakukan berbagai cara yang cukup bervariasi, misalnya memiliki kulit yang kering dan bersisik, menghasilkan feses kering, menghasilkan asam urat, dan mereabsorbsi urin encer yang di kandung kemih. Pengaturan keseimbangan air berkaitan erat dengan proses mempertahankan suhu tubuh. Pada hewan mamalia perolehan air berasal dari minuman, makanan, dan air metabolik serta dari lingkungan yang berupa uap air sedangkan kehilangan air dapat terjadi melalui keringat.
I.   Osmoregulasi Hewan Invertebrata
Secara umum, organ osmoregulasi invertebrata memakai mekanisme filtrasi, reabsorbsi, dan sekresi yang prinsipnya sama dengan kerja ginjal pada vertebrata yang memproduksi urin yang lebih encer dari cairan tubuhnya. 
1)        Osmoregulasi pada serangga
Kehilangan air pada serangga terutama terjadi melalui proses penguapan. Hal ini dikarenakan serangga memiliki ratio luas permukaan tubuh dengan masa tubuhnya sebesar 50 kali, bandingkan dengan mamalia yang mempunyai ratio luas permukaan tubuh terhadap masa tubuhnya yang hanya ½ kali. Jalan utama kehilangan air pada serangga adalah melalui spirakulum untuk mengurangi kehilangan air dari tubuhnya maka kebanyakan serangga akan menutup spirakelnya pada saat diantara dua gerakan pernapasannya. Cara mengatasi yang lain adalah dengan meningkatkan impermeabilitas kulitnya, yaitu dengan memiliki kutikula yang berlilin yang sangat impermeable terhadap air, sehingga serangga sedikit sekali kehilangan air melalui kulitnya. Sebagai organ ekskretori serangga memiliki badan Malphigi yang bersama-sama dengan saluran pencernaan bagian belakang membentuk sistem ekskretori osmoregulatori. 
2)        Osmoregulasi pada Annelida
Cacing tanah seperti Lumbricus terestris merupakan regulator hiperosmotik yang efektif. Hewan ini secara aktif mengabsorbsi ion-ion. Urine yang diproduksinya encer, yang secara esensial bersifat hipoosmotik mendekati isoosmotik terhadap darahnya. Diduga konsentrasi urinnya disesuaikan menurut kebutuhan keseimbangan air tubuhnya. Homeostasis regulasi juga dilakukan dengan pendekatan prilaku yaitu aktif dimalam hari dan menggali tanah lebih dalam bila permukaan tanah kering.
3)        Osmoregulasi pada Molusca
Pada tubuh keong/siput memiliki permukaan tubuh berdaging yang sangat permeable terhadap air. bila dikeluarkan dari cangkangnya, maka air akan hilang secepar penguapan air pada seluas permukaan tubuhnya. Semua keoang atau siput bernapas terutama dengan paru-paru yang terbentuk dari mantel tubuhnya dan terbuka keluar melalui lubang kecil. Toleransi terhadap air sangat tinggi. Tekanan osmotik cairan internal bervariasi secara luas tergantung kandungan air lingkungannya. Untuk menghindari kehilangan air yang berlebih, keong atau siput lebih aktif dimalam hari dan bila kondisi bertambah kering , keoang akan berlindung dengan membenamkan diri kedalam tanah serta menutup cangkangnya dengan semacam operculum yang berasal dari lendir yang dikeluarkannya. Banyak keong darat yang secara rutin mengeluarkan suatu zat yang mengandung nitrogen dalam bentuk asam urat yang sulit larut dalam air, yang terbukti bahwa ternyata zat ini meningkat pada beberapa spesies dalam masa kesulitan mendapatkan air. Selama masa estivasi (tidur musim panas) asam urat ini disimpan dalam ginjal dengan maksud mengurangi kehilangan air untuk menekskresikan nitrogen tersebut. Banyak spesies keong yang menyimpan air didalam rongga mantelnya yang rupanya digunakan pada liungkungan kering.
J.    Osmoregulasi pada Vertebrata
1)        Osmoregulasi pada Ikan (pisces)
Ikan-ikan yang hidup di air tawar mempunyai cairan tubuh yang bersifat hiperosmotik terhadap lingkungan, sehingga air cenderung masuk ketubuhnya secara difusi melalui permukaan tubuh yang semipermiable. Bila hal ini tidak dikendalikan atau diimbangi, maka akan menyebabkan hilangnya garam-garam tubuh dan mengencernya cairan tubuh, sehingga cairan tubuh tidak dapat menyokong fungsi-fungsi fisiologis secara normal. Ginjal akan memompa keluar kelebihan air tersebut sebagai air seni. Ginjal mempunyai glomerulus dalam jumlah banyak dengan diameter besar. Ini dimaksudkan untuk lebih dapat menahan garam-garam tubuh agar tidak keluar dan sekaligus memompa air seni sebanyak-banyaknya.
Ikan laut hidup pada lingkungan yang hipertonik terhadap jaringan dan cairan tubuhnya, sehingga cenderung kehilangan air melalui kulit dan insang, dan kemasukan garam-garam. Untuk mengatasi kehilangan air, ikan ‘minum’air laut sebanyak-banyaknya. Dengan demikian berarti pula kandungan garam akan meningkat dalam cairan tubuh. Padahal dehidrasi dicegah dengan proses ini dan kelebihan garam harus dihilangkan. Karena ikan laut dipaksa oleh kondisi osmotik untuk mempertahankan air, volume air seni lebih sedikit dibandingkan dengan ikan air tawar. Tubulus ginjal mampu berfungsi sebagai penahan air. Jumlah glomerulus ikan laut cenderung lebih sedikit dan bentuknya lebih kecil dari pada ikan air tawar
2).        Osmoregulasi pada amphibi
Sebagian   besar   Amphibi   adalah   hewan   air   atau   semi   akuatik. Telurnya diletakkan dalam air, dan larvanya adalah hewan air yang bernafas dengan insang. melalui   metamorphosis,   kebanyakan   Amphibi   (tidak   semua)   mengubah   alat pernafasannya dengan paru-paru. Beberapa salamander tetap memiliki insang dan tetap hidup dalam air setelah dewasa. Dan kebanyakan katak dilain pihak berubah menjadi hewan darat, meskipun biasanya masih tetap memilih habitat berair.
Regulasi osmotic Amphibi mirip ikan air tawar, kulitnya berperan sebagai organ osmoregulasi utama. Pada saat hewan berada dalam air tawar,terdapat aliran osmotic   air   ke   dalam   tubuhnya  melalui   kulit.   Sehingga   urin    yang   akan dikeluarkan akan menjadi sangat encer. Sebaliknya, apabila tidak sedang berada di air, katak dapat mereabsorbsi kembali air yang terdapat di kandung kemih.
Sehingga, urin yang akan dihasilkan akan menadi pekat. Barsama urin ikut terbuang garam-garam.  Selain   itu,  garam  dan   mineral   juga   dapat   dilepaskan  melalui kulitnya.
Katak dan salamander umumnya adalah hewan air tawar, akan mati dalam beberapa   jam   bila   ditaruh   dalam   air   laut,   jadi   katak   dan   salamander adalah  regulator   hiperosmotik   sempit.  Namun   ada   sejenis   katak   pemakan kepiting, hidup didaerah rawa mangrove, mencari makan dan berenang dalam air laut.Pada saat katak berada dalam air laut ia menjadi hewan hiosmotik. Untuk mencegah kehilangan air osmotic melalui kulitnya, katak menambah umlah urea dalam darahnya, yang dapat mencapai 480 mmol urea perliter. Mekanisme ini beralasan, sebab kulit amphibi relative permeable terhadap air, sehinggan secara sedarhana   untuk   mencegah   kehilangan air   dibuat   konsentrasi   osmotic   darah seperti mediumnya.
Karena urea essensial bagi katak untuk hidup normal, maka urea  ditahan dalam tubuh dan tidak diekskresikan bersama urin. Pada hiu, urea ditahan melalui reabsorbsi aktif dalam tubuli ginjal. Pada katak pemakan kepiting, urea ditahan dengan mereduksi volume urin pada saat katak berada dalam air laut. Nampaknya urea tidak direabsorbsi secara aktif, sebab konsentrasi urea dalam urin tetap dalam keadaan sedikit di atas urea dalam plasma. Katak pemakan kepiting, yang muda memiliki toleransi lebih besar terhadap salinitas   tinggi   dari   pada   yang   dewasa.   Pada   katak   muda,   pola   regulasi osmotiknya mirip dengan teleostei sedangkan yang dewasa mirip Elasmobrankhii
3)      Osmoregulasi pada Reptil
Hewan dari kelas reptile, meliputi ular, buaya, dan kura-kura memiliki kulit yang kerimg dan bersisik. Keadaan kulit yang kering dan bersisik tersebut diyakini merupakan cara beradaptasi yang baik terhadap kehidupan darat, yakni agar tidak kehilangan banyak air. Untuk lebih menghemat air, hewan tersebut menghasilkan zat sisa bernitrogen dalam bentuk asam urat, yang pengeluarannya hnya membutuhkan sedikit air. selain itu, Reptil juga melakukan penghematan air dengan menghasilkan feses yang kering. Bahkan, Kadal dan kura-kura pada saat mengalami dehidrasi mampu memanfaatkan urin encer yang dihasilkan dan disimpan dikandung kemihnya dengan cara mereabsorbsinya.
4)      Osmoregulasi pada Aves
Pada burung pengaturan keseimbangan air ternyata berkaitan erat dengan proses mempertahankan suhu tubuh. Burung yang hidup didaerah pantai dan memperoleh makanan dari laut (burung laut) menghadapi masalah berupa pemasukan garam yang berlebihan. Hal ini berarti bahwa burung tersebut harus berusaha mengeluarkan kelebihan garam dari tubuhnya. Burung mengeluarkan kelebihan garam tersebut melalui kelenjar garam, yang terdapat pada cekungan dangkal dikepala bagian atas, disebelah atas setiap matanya, didekat hidung. Apabila burung laut menghadapi kelebihan garam didalm tubhnya, hewan itu akan menyekresikan cairan pekat yang banyak mengandung NaCl. Kelenjar garam ini hanya aktif pada saat tubuh burung dijenuhkan oleh garam. 
5)      Osmoregulasi pada Mamalia
Pada mamalia kehilangan air dan garam dapat terjadi lewat keringat. Sementara, cara mereka memperoleh air sama seperti vertebrata lainnya, yaitu dari air minum dan makanan. Akan tetapi, untuk mamalia yang hidup dipadang pasir memperoleh air denga cara minum merupakan hal yang mustahil sebagai contoh kangguru. Kangguru tidak minum air, tetapi dapat bertahan dengan menggunakan air metabolic yang dihasilkan dari oksidasi glukosa. 
BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
   
1.      Secara umum proses osmoregulasi adalah upaya atau kemampuan hewan air untuk mengontrol keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungannya melalui mekanisme pengaturan tekanan osmose.
2.       Proses osmoregulasi diperlukan karena adanya perbedaan konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu banyak air maka ia akan meletus, begitu pula sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel akan mengerut dan mati.
3.      Osmoregulasi juga berfungsi ganda sebagai sarana untuk membuang zat-zat yang tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup.
B.   Saran
Penulis mengetahui bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran, kritik, maupun petunjuk dari segala pihak untuk menyempurnakan laporan yang penulis sajikan ini.


DAFTAR PUSTAKA
Arsih, Fitri. 2012. Fisiologi Hewan. Padang : UNP Press.
Campbell. 2004. Biologi Jilid Kelima-Jilid 3. Jakarta : Erlangga.
Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Malang : IKIP Malang.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Kanisius

pendidikan sebagi investasi masa depan

Pendidikan untuk investasi masa depan

Oleh
Abubakar Fauzi Difinubun

Pendidikan adalah  investasi dari dan untuk masa depan yang lebih baik.
Negera terbentuk karena sala satu persyaratan yang sangat fundamental adalah mempunyai bangsa atau penduduk. Dengan jumlah penduduk tertentu. sebab sebua Negara dapat terbentuk maka yang diutamakan adalah masyarakatnya yang cerda.  Pendidkan adalah citra diri agar anak bangsa, agar kehidupan di masyarakat lebih bermartabat serta eksis. Sebagai investasi masa depan, proses pendidikan merupakan pengharapan utama agar kehidupan di masa depan tidak mengalami kesulitan dan dapat mencapai kebahagian yang maksimal.
Proses pendidikan dan pembelajaran yang di selenggarakan  secara informal , formal, dan nonformal merupakan langka kongrit dalam menghadapi persyaratan global nanti. Anak muda sekarang akan mengahadapi pertarungan besar dan menghadapi perbedaan ideology di abad ke 21 ini, sederhana saja yang kita liat dalam aktifitas pendidikan hari ini, banyak generasi muda, anak sekolah yang tak sempat melanjutkan cita-cita besarnya dalam pendidikan, ini yang menjadi keresahan kita. Fenomena ini bukan saja terjadi di satu daera, hampir semua daera di Indonesei mengalami hal yang sedemikian, apalagi kita yang di timur Indonesia (Maluku) sangat tertinggal dari yang namanya pendidikan bermutuh.
Dalam konsep membangun Negara Repoblik Indonesia kira-kira yang diutamakan oleh pemerinta dan masyarakat kita adalah Pendidikan, kesehatan, Kesejatraan dan lain-lain sebagainya. Hal ini sebagai panduan bahwa pendidikan adalah adalah investasi paling besar dalam pengahadi persoalan global nanti. Selama ini kelompok masyarakat  miskinn dikonotasikan kedalam orang-orang bodo dan ternyata hal tersebut bagi saya hal yang keliru, salah, dan tidak benar.
Kata siswa kelas III MADRASA  ALIA N 1 KIANDARAT dalam kajian pendidikan di taman pelita di lembah refolusi kilaba “Sebenarnya adalah, kekuatan terbesar suatu Negara ada pada rakyatnya, semakin bagus kualitas rakyat maka semakin bagus pulah tatanan sebuah Negara.”
Dalam membanguan generasi yang berkapasitas intelektua makan yang terutama di bagun adalah banguana pengatahuan pada generasi itu, hal ini yang menjadi dasar dari suatu bangunan pengatahuan itu sendiri adalah pendidikan,

surat untuk kaka marni di surga

Kaka...!
Aku menulis surat ini tak sengaja aku meneteskan air mata, kaka maaf aku bukan tak rela kaka pergi meninggalkan kami, tapi aku sendiri merindukan kaka.
Rindu ketika aku melihat kaka tersenyum, rindu saat senja itu menghilang dan kaka menghampiriku mengajaku kembali ke ruma dan berbuka puasa bersama.

Kaka tetap hidup di hati kami
Walau raga kaka telah bersemi bersama Tuhan. tapi aku tetap sayang sama kaka.

Kaka,
Salam dari syifa untuk kaka,
Kami selalu merindukan kaka.
Salam dari keluarga untuk kaka.
Ayah, Ibu, kaka Yamin, ade Iya, Syifa dan Ramadhan akbar difinubun.

Dari aku.
Abubakar Fauzi Difinubu