Pendidikan
untuk orang miskin
Oleh
Gambar Rum abaca taman pelita
pulau kelang
Masyarakat
miskin adalah jumlah mayoritas penduduk Maluku. Meraka hidup menderita ditenga
dinamika kehidupan yang semakin tidak ramah. Sementara para elit politik sampai
pada penguasa sedang asik menikmati hasil dari penjual ijasa yang tak bebobot.
Mereka berjuang mengatas namakan dirinya sendiri bahkan mereka menjahui diri
dari kata kemeskinan. Maka bagi saya sebagai aktifis melihat dinamika ini, saya
berkesempulan bahawa Pendidikan alternatif adalah solusinya.
Mungkin
bagi orang-orang yang mempunyai kapasitas perekonomian yang tinggi menggap
pendidikan biasa-biasa saja, namaum bagi mereka yang mempunya perekonomi yang
rendah atau di bawa rata rata sangat sulit untuk meneruskan generasinya untuk
melanjutkan pendidikan pada sekolah atau bahkan perguruan tinggi tertentu,
sebab bukan biaya pendidikan yang mereka pikirkan tapi biaya kehidupan kesehariannyalah
mereka khuwatirkan.
Konsep
mengenai persoalan kemiskina bukan menjadi wacana baru untuk masyarakat yang
hidup di Maluku, bahakan bagi saya mereka bias diberikan penghargaan Duta
pendidikan, sebab dari pasar mereka bisa merai kesuksesan. Idelanya orang
miskin tidak akan peranah habis rasanya untuk merasakan pendidikan, namun sistem
pendidikan yang di terapkan oleh para elit hingga membuat mereka merasa tak
nyamun dengan pendidikan.
Masyrakat
miskin memeng perluh mendapatkan pendidiakn sesuai amat undang-undang,
bahawasnaya, setiap warga Negara berhak mendaptkan pendidikan yang layak, namun
faktanya pendidkan telah dipolitsasi. Kita tidak dapat membiarkan meraka
terpurak pada setuasi yang seharusnya dapat di usahakan lebih baik sesui
diefinisi dari pendidikan itu sendiri. Demikian juga halnya dalam dunia
pendidikan khususnya dalam mendapatkan pendidikan secara layak sesuia amat
undang-undang dasar Negara Repoblik Indonesia
Gambaran
tentang pendidikan untuk masyarakat dari sejak dahulu kalah kiranya menjadi
kareta yang bagus untuk memosisihkan seseorang dalam memegang posisi sebagai
pemegang jabatan penting dalam suatu pemirintahan. Selama ini, masyarakat telah
berusaha meningkatkan kualiats diri sebab, ada yang kemudian menjadi topik
adalah, kurangnya kesadaran pada kulitas diri masyakat kita, faktah yang
terjadi hari ini adalah masyarakat mampuh mendirikan pendidikan nonformal
sebagai bentuk ikhtiar meraka terhadap genarasinya esok nanati, terutama dalam
kelopok minoritas yang mempunyai pendepatan pas-pas alais miskin, itulah bagi
meraka menggap pendidikan terlalu mahal buat meraka. Dengan demikian ikhtia
merak terhadap masa depan anak-anaknya biisa terpenuh.
Kessadaran
untuk menjadkian proses pendidikan sebagai sebuah kewajiban adalah bentuk
kepedualian atas sumberdaya manusi kelak nanti, sebab sember daya manusia
paling berharga adalah anak muda, oleh karena itu megutib bahasa-bahasa yang di
pesankan oleh bapak proklamator kita adalah bahwa ia hanya membutuhkan sepuluh
pemuda. Sebab pemudah adalah tongkat estefet perjuangan kedepan, hal ini
kiranya memotifasi para masyarakat hari ini hingga meraka walau tak sempat
menyepantkan anaknya di sekolah atau bahakan perguaruan tinggi di daera-daera
tersebut namun dengan semangat yang berkobar mereka menyediakan sekolah
nonformal untuk generasi yang tak mampu.
Dalam
proses pendidikan kita tidak mengenal diskriminasi, sebab semua orang mempunyai
kesempatan yang sama. Anak muda adalah aset Negera, jika pendidikan kita
dibatasi karana perekonomian maka, bagai saya kita belum merdeka sepenuhnya.
Bagaiman nasib Bangsa dan Negara ini ke depan tergantung pada sistem pendidian
yang diterapkan hari ini, sebab kita tidak bias menguvbah hari kemarin biarlah
akan berlalu dengan zamannya, hari ini adalah kenyataan pendidikan kita, mari
sama kita binah pendidikan kita agar esok bisa dinikmaati oleh anak cucu kita,
AMIN