Rabu, 23 Agustus 2017

Pendidikan Untuk Orang Miskin



Pendidikan untuk orang miskin
Oleh
Abubakar Fauzi Difinubun

Gambar Rum abaca taman pelita pulau kelang

Masyarakat miskin adalah jumlah mayoritas penduduk Maluku. Meraka hidup menderita ditenga dinamika kehidupan yang semakin tidak ramah. Sementara para elit politik sampai pada penguasa sedang asik menikmati hasil dari penjual ijasa yang tak bebobot. Mereka berjuang mengatas namakan dirinya sendiri bahkan mereka menjahui diri dari kata kemeskinan. Maka bagi saya sebagai aktifis melihat dinamika ini, saya berkesempulan bahawa Pendidikan alternatif adalah solusinya.
Mungkin bagi orang-orang yang mempunyai kapasitas perekonomian yang tinggi menggap pendidikan biasa-biasa saja, namaum bagi mereka yang mempunya perekonomi yang rendah atau di bawa rata rata sangat sulit untuk meneruskan generasinya untuk melanjutkan pendidikan pada sekolah atau bahkan perguruan tinggi tertentu, sebab bukan biaya pendidikan yang mereka pikirkan tapi biaya kehidupan kesehariannyalah mereka khuwatirkan.
Konsep mengenai persoalan kemiskina bukan menjadi wacana baru untuk masyarakat yang hidup di Maluku, bahakan bagi saya mereka bias diberikan penghargaan Duta pendidikan, sebab dari pasar mereka bisa merai kesuksesan. Idelanya orang miskin tidak akan peranah habis rasanya untuk merasakan pendidikan, namun sistem pendidikan yang di terapkan oleh para elit hingga membuat mereka merasa tak nyamun dengan pendidikan.
Masyrakat miskin memeng perluh mendapatkan pendidiakn sesuai amat undang-undang, bahawasnaya, setiap warga Negara berhak mendaptkan pendidikan yang layak, namun faktanya pendidkan telah dipolitsasi. Kita tidak dapat membiarkan meraka terpurak pada setuasi yang seharusnya dapat di usahakan lebih baik sesui diefinisi dari pendidikan itu sendiri. Demikian juga halnya dalam dunia pendidikan khususnya dalam mendapatkan pendidikan secara layak sesuia amat undang-undang dasar Negara Repoblik Indonesia
Gambaran tentang pendidikan untuk masyarakat dari sejak dahulu kalah kiranya menjadi kareta yang bagus untuk memosisihkan seseorang dalam memegang posisi sebagai pemegang jabatan penting dalam suatu pemirintahan. Selama ini, masyarakat telah berusaha meningkatkan kualiats diri sebab, ada yang kemudian menjadi topik adalah, kurangnya kesadaran pada kulitas diri masyakat kita, faktah yang terjadi hari ini adalah masyarakat mampuh mendirikan pendidikan nonformal sebagai bentuk ikhtiar meraka terhadap genarasinya esok nanati, terutama dalam kelopok minoritas yang mempunyai pendepatan pas-pas alais miskin, itulah bagi meraka menggap pendidikan terlalu mahal buat meraka. Dengan demikian ikhtia merak terhadap masa depan anak-anaknya biisa terpenuh.
Kessadaran untuk menjadkian proses pendidikan sebagai sebuah kewajiban adalah bentuk kepedualian atas sumberdaya manusi kelak nanti, sebab sember daya manusia paling berharga adalah anak muda, oleh karena itu megutib bahasa-bahasa yang di pesankan oleh bapak proklamator kita adalah bahwa ia hanya membutuhkan sepuluh pemuda. Sebab pemudah adalah tongkat estefet perjuangan kedepan, hal ini kiranya memotifasi para masyarakat hari ini hingga meraka walau tak sempat menyepantkan anaknya di sekolah atau bahakan perguaruan tinggi di daera-daera tersebut namun dengan semangat yang berkobar mereka menyediakan sekolah nonformal untuk generasi yang tak mampu.
Dalam proses pendidikan kita tidak mengenal diskriminasi, sebab semua orang mempunyai kesempatan yang sama. Anak muda adalah aset Negera, jika pendidikan kita dibatasi karana perekonomian maka, bagai saya kita belum merdeka sepenuhnya. Bagaiman nasib Bangsa dan Negara ini ke depan tergantung pada sistem pendidian yang diterapkan hari ini, sebab kita tidak bias menguvbah hari kemarin biarlah akan berlalu dengan zamannya, hari ini adalah kenyataan pendidikan kita, mari sama kita binah pendidikan kita agar esok bisa dinikmaati oleh anak cucu kita, AMIN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar